KUNINGAN POST | WINDUHAJI – Ratusan warga Lingkungan Bubulak, Kelurahan Winduhaji malam ini menghelat acara Maulid Nabi Muhammad SAW 1444 H/2022 di Mushola An Nur komplek rt 07/rw 09 Lingkungan Bubulak, Kelurahan Winduhaji, kota Kuningan.
Menurut Ustadz M Didin Zaenuddin, memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW 22 Rabiul awal 1444 H adalah bagian dari syiar islam, sekaligus meneruskan tradisi turun temurun warga Kuningan, utanmanya warga Winduhaji.
"Kita menggelarnya secara sederhana, namun pesannya tetap sampai ke jamaah guna terus Meneladani Akhlak Mulia Rasulullah," katanya.
Seperti diketahui, Maulid Nabi adalah perayaan untuk memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad SAW. Menurut sejarah, perayaan ini ternyata telah ada sejak zaman khalifah sekitar ratusan tahun Masehi.
Lantas, siapa orang yang pertama kali merayakan Maulid Nabi Muhammad SAW?
Hari lahir Nabi Muhammad SAW yang jatuh pada 12 Rabiul Awal di Tahun Gajah, memiliki keistimewaan sendiri bagi umat Islam. Hampir seluruh umat Islam dari belahan dunia merayakannya dengan tradisi mereka masing-masing.
Bahkan di Indonesia, setiap daerah memiliki cara atau tradisi khusus saat peringatan Maulid Nabi, mulai dari berkumpul hingga arak-arakan.
Pada intinya, perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW sebagai bentuk pengingat supaya umat Islam bisa terus meneladani akhlak mulia Rasulullah.
Ada banyak amalan serta kegiatan yang bisa dilakukan umat Islam saat merayakan Maulid Nabi Muhammad SAW.
Seperti memperbanyak sholawat, atau menggelar majelis taklim supaya bisa sama-sama belajar mengingat kembali perjuangan Nabi Muhammad SAW bagi umat Islam.
Pencetus Perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW
Mengenai siapa orang yang pertama kali merayakan Maulid Nabi, dalam kitab Al-Hawi lil Fatawa dijelaskan bahwa perayaan tersebut diselenggarakan oleh seorang raja.
Adalah Raja Abu Sa'id Kaukabri bin Zainuddin Ali bin Baktikin atau nama gelarnya Raja Malikul Mudzafar, yang disebut sebagai raja pertama yang memperingati hari kelahiran Rasulullah SAW.
Ia merupakan seorang penguasa wilayah Irbil, Irak, dengan karakter pemberani, berjiwa pahlawan, alim, dermawan, dan adil.
Raja Malikul Mudzafar lahir sekitar tahun 549 H dan wafat pada 630 H. Sosoknya terkenal sebagai pemimpin shaleh serta berakidah Ahlussunnah wal Jamaah.
Tak hanya itu, Raja Malikul Mudzafar merupakan tokoh yang memakmurkan masjid Agung Al-Mudhofary dan membangun Universitas Al-Muzaffar di kaki Gunung Qasiun, Syria.
Menurut penuturan Syekh Jalaluddin al-Suyuthi dalam kitab Al-Hawi lil Fatawa, Raja Al-Mudzafar merayakan Maulid Nabi Muhammad SAW pertama kali secara besar-besaran.
Perayaan tersebut selalu berlangsung megah setiap bulan Rabiul Awal, tepatnya pada tanggal kelahiran Nabi di 12 Rabiul Awal.
Laman Majelis Ulama Indonesia (MUI) menuliskan, Raja Al-Mudzafar bahkan rela menyedekahkan ratusan ribu dinar pada peringatan Maulid.
Tradisi Perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW
Imam Suyuthi dalam kitab Al-Mawaris fi Amalil Maulid dan Ibnu Jauzi dalam kitab Mir'atuz Zaman, Raja Malikul Mudzafar selalu mengundang banyak tamu.
Hampir seluruh pemimpin negara-negara lain pada masa itu, termasuk ulama dan rakyat, diundang untuk sama-sama merayakan Maulid Nabi Muhammad SAW.
Tradisi yang dilakukan raja adalah menyembelih ribuan kambing dan unta sebagai menu hidangan spesial bagi para tamu.
Bagi sang raja, Nabi Muhammad SAW diutus ke bumi untuk menjadi rahmat bagi seluruh alam, sehingga sudah sepatutnya diagungkan.
Sejak saat itu, perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW mulai dijadikan tradisi keagamaan dan berlanjut untuk dipertahankan oleh umat Islam, termasuk di Indonesia.
Itulah penjelasan tentang siapa orang yang pertama kali merayakan Maulid Nabi Muhammad SAW. Di masa sekarang, umat Islam sebaiknya memanfaatkan momentum ini untuk mengamalkan kebaikan dan perilaku kebajikan.
0 Komentar