Foto: Dok. KP. Photo bersama Pengurus Agraria Institute Korda IV Ciranjang dengan Direktur Agraria Institute |
KUNINGAN POST | BOJONG PICUNG - Diskusi interaktif Koordinator Daerah IV Ciranjang membahas tentang sepak terjang manipulatif para pelaku penyerobotan tanah, Mafia Tanah.
Dalam diskusi interaktif ini para pengurus Korda III Ciranjang terutama Ketua, Sekretaris dan Bendahara agar memahami karakter cara kerja mafia tanah, karena mereka dalam menjalankan aksi nya selalu menggandeng oknum. Senin, (2/10/2023).
Selain membahas tentang tata ruang dan pertanahan, dalam diskusi juga membahas tentang kemandirian ekonomi masyarakat, terutama anggota Agraria Institute.
Dalam beberapa kesempatan diskusi Direktur Agraria Institute (D Firman K) selalu menegaskan pentingnya profesionalisme ketika sedang berkegiatan.
"Dalam dunia kontrol sosial kita sering mendengar istilah 86 yang pengertian nya pasti semua aktivis kontrol sosial pasti faham, kita jangan melakukan hal itu, cara kerja kita harus berbeda dengan yang lain," ujar Direktur Agraria Institute.
"Cara seperti itu tidak elegan, untuk itulah dalam diskusi ini kita harus mencari solusi agar semua anggota Agraria Institute tidak melakukan 86 apalagi bersekutu dengan para mafia tanah," tegas Direktur.
Lebih lanjut Direktur Agraria Institute menambahkan; "Agar perjalanan aktivitas kita berjalan mulus, kita harus menciptakan pemasukan dari jalur lain, itu semua sudah saya persiapkan untuk kemandirian ekonomi semua anggota Agraria Institute." Pungkas Direktur Agraria Institute.
Hal senada disampaikan Ketua Agraria Institute Korda III Ciranjang (H. Dodi) angkat suara dalam diskusi tersebut;
"Alhamdulillah, sesuai dengan semangat kita dari Pengurus Korda IV Ciranjang, kita sepakat tidak melakukan hal-hal aneh dalam pergerakan, salah satunya aksi 86 ini," ucap H. Dodi.
"Kita mendorong rencana Direktur yang akan memperkuat ekonomi anggota Agraria Institute lewat jalur lain." Pungkasnya.
(Arkam)
0 Komentar